Cara Menghitung Persediaan Barang Dagang

Uinsuka.ac.id – Menghitung persediaan barang dagang adalah hal penting bagi setiap bisnis. Ketepatan perhitungan persediaan menentukan efisiensi dan profitabilitas bisnis. Dengan memahami cara menghitung persediaan barang dagang secara tepat, Anda dapat memastikan bahwa bisnis Anda memiliki stok barang yang cukup untuk memenuhi permintaan pelanggan, namun tidak terlalu banyak sehingga mengakibatkan kerugian karena biaya penyimpanan.

Artikel ini akan membahas berbagai metode perhitungan persediaan barang dagang, faktor-faktor yang memengaruhi jumlah persediaan, dan teknik pengaturan persediaan yang efektif. Simaklah pembahasan ini untuk mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam tentang pengelolaan persediaan barang dagang yang optimal.

Pengertian Persediaan Barang Dagang

Persediaan barang dagang merupakan barang yang dibeli atau diproduksi oleh perusahaan untuk dijual kembali kepada pelanggan. Barang dagang ini merupakan aset lancar yang memiliki nilai ekonomis dan dapat menghasilkan keuntungan bagi perusahaan.

Jenis-jenis Barang Dagang

Jenis-jenis barang dagang yang umum dijumpai dalam sebuah bisnis sangat beragam, tergantung pada jenis bisnisnya. Berikut beberapa contohnya:

  • Barang elektronik:Smartphone, laptop, televisi, dan perangkat elektronik lainnya.
  • Pakaian:Baju, celana, sepatu, tas, dan aksesoris lainnya.
  • Makanan dan minuman:Beras, gula, minyak goreng, kopi, teh, minuman kemasan, dan makanan olahan lainnya.
  • Kosmetik dan perawatan tubuh:Sabun, shampo, pelembab, bedak, dan produk perawatan lainnya.
  • Peralatan rumah tangga:Lemari, meja, kursi, kasur, dan peralatan rumah tangga lainnya.

Perbedaan Persediaan Barang Dagang dan Persediaan Bahan Baku

Perbedaan utama antara persediaan barang dagang dan persediaan bahan baku terletak pada tujuannya. Persediaan barang dagang dibeli untuk dijual kembali, sedangkan persediaan bahan baku digunakan untuk proses produksi.

Aspek Persediaan Barang Dagang Persediaan Bahan Baku
Tujuan Dijual kembali kepada pelanggan Digunakan dalam proses produksi
Contoh Smartphone, pakaian, makanan, minuman Kain, kayu, bahan kimia, logam
Nilai Bernilai jual langsung Bernilai jual setelah diproses

Metode Perhitungan Persediaan

Metode perhitungan persediaan barang dagang adalah cara yang digunakan untuk menentukan nilai persediaan yang tersisa di akhir periode akuntansi. Metode ini penting karena mempengaruhi biaya pokok penjualan dan laba bersih yang dihasilkan. Ada beberapa metode perhitungan persediaan yang umum digunakan, masing-masing dengan kelebihan dan kekurangannya sendiri.

Berikut penjelasannya.

Metode FIFO (First In, First Out)

Metode FIFO adalah metode yang mengasumsikan bahwa barang yang dibeli pertama akan dijual pertama. Dalam metode ini, biaya persediaan yang tersisa dihitung berdasarkan biaya pembelian terakhir. Dengan kata lain, barang yang dibeli pertama dianggap sebagai barang yang pertama dijual, sehingga persediaan yang tersisa dihitung berdasarkan biaya pembelian terakhir.

  • Keuntungan metode FIFO adalah mudah diterapkan dan sesuai dengan aliran barang fisik di banyak bisnis.
  • Kelemahannya adalah metode ini dapat menghasilkan laba yang lebih tinggi dalam periode inflasi, karena persediaan yang tersisa dihitung berdasarkan biaya yang lebih rendah.

Metode LIFO (Last In, First Out)

Metode LIFO adalah metode yang mengasumsikan bahwa barang yang dibeli terakhir akan dijual pertama. Dalam metode ini, biaya persediaan yang tersisa dihitung berdasarkan biaya pembelian pertama. Dengan kata lain, barang yang dibeli terakhir dianggap sebagai barang yang pertama dijual, sehingga persediaan yang tersisa dihitung berdasarkan biaya pembelian pertama.

  • Keuntungan metode LIFO adalah menghasilkan laba yang lebih rendah dalam periode inflasi, karena persediaan yang tersisa dihitung berdasarkan biaya yang lebih tinggi.
  • Kelemahannya adalah metode ini tidak mencerminkan aliran barang fisik yang sebenarnya dan lebih rumit untuk diterapkan.
Baca Juga:  Cara menghitung HPP Produk Makanan, Dagang, dan Jasa

Metode Rata-rata Tertimbang

Metode rata-rata tertimbang adalah metode yang menghitung biaya persediaan dengan cara menjumlahkan total biaya pembelian dan membaginya dengan jumlah total barang yang dibeli. Biaya rata-rata ini kemudian digunakan untuk menghitung nilai persediaan yang tersisa.

  • Keuntungan metode rata-rata tertimbang adalah menghasilkan biaya persediaan yang lebih stabil dan mencerminkan biaya rata-rata barang yang dibeli.
  • Kelemahannya adalah metode ini tidak mencerminkan aliran barang fisik yang sebenarnya dan lebih rumit untuk diterapkan.

Tabel Perbandingan Metode Perhitungan Persediaan

Metode Keuntungan Kelemahan
FIFO Mudah diterapkan, sesuai dengan aliran barang fisik Menghasilkan laba yang lebih tinggi dalam periode inflasi
LIFO Menghasilkan laba yang lebih rendah dalam periode inflasi Tidak mencerminkan aliran barang fisik, lebih rumit untuk diterapkan
Rata-rata Tertimbang Menghasilkan biaya persediaan yang lebih stabil, mencerminkan biaya rata-rata barang yang dibeli Tidak mencerminkan aliran barang fisik, lebih rumit untuk diterapkan

Contoh Penerapan Metode FIFO

Misalnya, sebuah toko memiliki 100 unit barang dagang dengan biaya pembelian Rp10.000 per unit. Kemudian, toko tersebut membeli 50 unit lagi dengan biaya Rp12.000 per unit. Jika toko tersebut menjual 80 unit barang dagang, maka perhitungan persediaan menggunakan metode FIFO adalah sebagai berikut:

  • 80 unit barang dagang yang terjual terdiri dari 100 unit yang dibeli pertama dengan biaya Rp10.000 per unit dan 20 unit yang dibeli terakhir dengan biaya Rp12.000 per unit.
  • Persediaan yang tersisa adalah 70 unit dengan biaya Rp12.000 per unit.

Dengan demikian, nilai persediaan yang tersisa adalah 70 unit x Rp12.000 = Rp840.000.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persediaan

Persediaan barang dagang merupakan aset penting bagi perusahaan, karena merupakan sumber pendapatan utama. Namun, pengelolaan persediaan tidaklah mudah. Banyak faktor internal dan eksternal yang dapat memengaruhi jumlah persediaan yang dibutuhkan, dan hal ini dapat berdampak signifikan pada profitabilitas perusahaan.

Faktor Internal

Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam perusahaan dan dapat dikendalikan oleh manajemen. Berikut beberapa faktor internal yang memengaruhi jumlah persediaan:

  • Kebijakan Persediaan:Kebijakan persediaan yang diterapkan oleh perusahaan dapat memengaruhi jumlah persediaan yang dijaga. Misalnya, perusahaan yang menerapkan kebijakan persediaan “just-in-time” akan cenderung menjaga persediaan yang lebih rendah dibandingkan dengan perusahaan yang menerapkan kebijakan persediaan “safety stock”.
  • Sistem Persediaan:Sistem persediaan yang digunakan oleh perusahaan juga dapat memengaruhi jumlah persediaan. Sistem persediaan yang baik akan membantu perusahaan untuk meminimalkan persediaan yang terbuang dan memaksimalkan efisiensi operasional.
  • Kapasitas Gudang:Kapasitas gudang yang tersedia dapat memengaruhi jumlah persediaan yang dapat disimpan. Jika kapasitas gudang terbatas, perusahaan mungkin perlu mengurangi jumlah persediaan yang dijaga.
  • Sumber Daya Manusia:Ketersediaan sumber daya manusia yang terampil dan berpengalaman dalam mengelola persediaan dapat memengaruhi efisiensi pengelolaan persediaan.

Faktor Eksternal

Faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar perusahaan dan tidak dapat dikendalikan oleh manajemen. Berikut beberapa faktor eksternal yang memengaruhi jumlah persediaan:

  • Fluktuasi Harga:Fluktuasi harga bahan baku, biaya transportasi, dan biaya tenaga kerja dapat memengaruhi biaya persediaan. Jika harga bahan baku naik, perusahaan mungkin perlu menaikkan harga jual produknya atau mengurangi jumlah persediaan yang dijaga.
  • Permintaan Pasar:Permintaan pasar yang tidak pasti dapat membuat perusahaan sulit untuk memprediksi jumlah persediaan yang dibutuhkan. Jika permintaan pasar meningkat, perusahaan mungkin perlu meningkatkan jumlah persediaan yang dijaga. Sebaliknya, jika permintaan pasar menurun, perusahaan mungkin perlu mengurangi jumlah persediaan yang dijaga.
  • Kondisi Ekonomi:Kondisi ekonomi yang tidak stabil dapat memengaruhi daya beli konsumen dan permintaan pasar. Misalnya, selama resesi, permintaan pasar cenderung menurun, sehingga perusahaan mungkin perlu mengurangi jumlah persediaan yang dijaga.
  • Bencana Alam:Bencana alam seperti banjir, gempa bumi, dan badai dapat mengganggu rantai pasokan dan memengaruhi ketersediaan bahan baku. Perusahaan mungkin perlu menaikkan jumlah persediaan yang dijaga sebagai buffer untuk menghadapi risiko bencana alam.

Dampak Fluktuasi Harga

Fluktuasi harga dapat berdampak signifikan pada perhitungan persediaan. Misalnya, jika harga bahan baku naik, biaya persediaan akan meningkat, dan hal ini dapat mengurangi profitabilitas perusahaan.

Baca Juga:  4 Cara Menghitung TBJ dari TFU Masa Kehamilan 2024

Untuk mengatasi fluktuasi harga, perusahaan dapat menerapkan beberapa strategi, seperti:

  • Membeli bahan baku dalam jumlah besar:Membeli bahan baku dalam jumlah besar dapat membantu perusahaan untuk mendapatkan harga yang lebih murah, karena biasanya ada diskon untuk pembelian dalam jumlah besar. Namun, strategi ini memiliki risiko jika harga bahan baku turun setelah pembelian dilakukan.
  • Membuat kontrak jangka panjang:Membuat kontrak jangka panjang dengan pemasok dapat membantu perusahaan untuk mendapatkan harga yang stabil. Namun, strategi ini memiliki risiko jika harga bahan baku turun di bawah harga kontrak.
  • Menggunakan metode perhitungan persediaan yang tepat:Metode perhitungan persediaan yang tepat dapat membantu perusahaan untuk memperkirakan nilai persediaan yang akurat dan meminimalkan risiko kerugian akibat fluktuasi harga.

Musim dan Tren Pasar

Musim dan tren pasar juga dapat memengaruhi jumlah persediaan yang dibutuhkan. Misalnya, perusahaan yang menjual pakaian musim dingin akan cenderung menjaga persediaan yang lebih tinggi selama musim dingin dibandingkan dengan musim panas.

Untuk mengatasi pengaruh musim dan tren pasar, perusahaan dapat menerapkan beberapa strategi, seperti:

  • Membuat prediksi permintaan:Perusahaan dapat membuat prediksi permintaan berdasarkan data historis penjualan dan tren pasar. Prediksi permintaan yang akurat dapat membantu perusahaan untuk merencanakan jumlah persediaan yang dibutuhkan.
  • Membuat penyesuaian pada persediaan:Perusahaan dapat membuat penyesuaian pada persediaan berdasarkan perubahan musim dan tren pasar. Misalnya, perusahaan dapat meningkatkan jumlah persediaan selama musim ramai dan mengurangi jumlah persediaan selama musim sepi.
  • Menawarkan promosi:Perusahaan dapat menawarkan promosi untuk mendorong penjualan selama musim sepi dan mengurangi jumlah persediaan yang terbuang.

Pentingnya Mengelola Persediaan: Cara Menghitung Persediaan Barang Dagang

Dalam menjalankan bisnis, persediaan barang dagang menjadi elemen krusial yang menentukan keberhasilan operasional dan profitabilitas. Pengelolaan persediaan yang baik bukan hanya tentang menyimpan barang dagang dengan aman, tetapi juga melibatkan strategi cermat untuk memastikan ketersediaan barang yang tepat waktu, meminimalkan biaya penyimpanan, dan menghindari kerugian akibat kekurangan atau kelebihan persediaan.

Dampak Negatif Kekurangan dan Kelebihan Persediaan, Cara menghitung persediaan barang dagang

Ketidakseimbangan persediaan dapat berdampak signifikan pada kinerja bisnis. Kekurangan dan kelebihan persediaan memiliki konsekuensi yang merugikan, sehingga penting untuk menjaga keseimbangan yang optimal.

Kondisi Dampak Negatif
Kekurangan Persediaan
  • Kehilangan penjualan karena tidak dapat memenuhi permintaan pelanggan
  • Kehilangan pelanggan setia karena ketidakpuasan
  • Meningkatnya biaya produksi karena pesanan darurat
  • Terhambatnya proses produksi atau layanan
Kelebihan Persediaan
  • Meningkatnya biaya penyimpanan dan pemeliharaan
  • Risiko kerusakan atau kadaluarsa barang
  • Penurunan nilai persediaan akibat perubahan tren atau teknologi
  • Terikatnya modal yang dapat digunakan untuk investasi lain

Meningkatkan Efisiensi dan Profitabilitas

Pengelolaan persediaan yang efektif dapat memberikan berbagai keuntungan, termasuk peningkatan efisiensi dan profitabilitas. Berikut adalah beberapa contoh konkret:

  • Menghindari Kehilangan Penjualan:Dengan sistem persediaan yang terstruktur, bisnis dapat memprediksi permintaan pelanggan dan memastikan ketersediaan barang yang cukup untuk memenuhi kebutuhan. Hal ini meminimalkan risiko kehilangan penjualan akibat kehabisan stok.
  • Meminimalkan Biaya Penyimpanan:Sistem persediaan yang efisien membantu bisnis mengoptimalkan jumlah barang yang disimpan. Dengan mengurangi persediaan yang berlebihan, bisnis dapat memangkas biaya penyimpanan, seperti biaya sewa gudang, pemeliharaan, dan asuransi.
  • Meningkatkan Profitabilitas:Efisiensi dalam pengelolaan persediaan berdampak positif pada profitabilitas. Dengan meminimalkan kerugian akibat kekurangan atau kelebihan persediaan, bisnis dapat meningkatkan margin keuntungan dan memperkuat posisi keuangan.

Teknik Mengatur Persediaan

Setelah memahami cara menghitung persediaan, langkah selanjutnya adalah mengatur persediaan barang dagang agar tetap terkendali dan efisien. Ada beberapa teknik pengaturan persediaan yang bisa diterapkan, masing-masing dengan fokus dan tujuannya sendiri.

Analisis ABC

Analisis ABC adalah teknik klasifikasi persediaan berdasarkan nilai atau frekuensi perputarannya. Persediaan dibagi menjadi tiga kategori, yaitu:

  • Kategori A:Persediaan dengan nilai tertinggi, biasanya 80% dari total nilai persediaan. Persediaan ini membutuhkan perhatian khusus karena dampaknya besar terhadap profitabilitas. Contohnya, bahan baku utama atau produk dengan permintaan tinggi.
  • Kategori B:Persediaan dengan nilai menengah, sekitar 15% dari total nilai persediaan. Persediaan ini membutuhkan perhatian sedang, dengan kontrol yang lebih longgar dibandingkan kategori A.
  • Kategori C:Persediaan dengan nilai terendah, sekitar 5% dari total nilai persediaan. Persediaan ini membutuhkan perhatian minimal, dengan kontrol yang lebih sederhana.
Baca Juga:  Cara Menghitung Persediaan Awal dan Akhir

Dengan mengklasifikasikan persediaan berdasarkan analisis ABC, Anda dapat memfokuskan upaya dan sumber daya pada kategori A, yang memiliki dampak paling signifikan terhadap profitabilitas. Contohnya, Anda dapat menerapkan sistem kontrol yang lebih ketat, seperti melakukan inventarisasi secara berkala dan meninjau ulang pesanan dengan lebih cermat.

Reorder Point

Reorder point adalah jumlah persediaan minimal yang harus tersedia sebelum melakukan pemesanan ulang. Tujuannya adalah untuk menghindari kehabisan stok dan memastikan ketersediaan barang bagi pelanggan. Reorder point dihitung dengan mempertimbangkan:

  • Lead time:Waktu yang dibutuhkan untuk menerima pesanan setelah melakukan pemesanan.
  • Demand rate:Rata-rata permintaan barang per periode.
  • Safety stock:Persediaan cadangan untuk mengantisipasi fluktuasi permintaan atau keterlambatan pengiriman.

Reorder Point = (Lead Time x Demand Rate) + Safety Stock

Berikut adalah ilustrasi diagram yang menunjukkan cara kerja reorder point dan safety stock dalam pengelolaan persediaan:

Persediaan Waktu
Ilustrasi Reorder Point dan Safety Stock
  • Reorder point (ROP): Titik di mana pesanan baru harus dilakukan.
  • Safety stock (SS): Persediaan cadangan untuk menghindari kehabisan stok.
  • Lead time (LT): Waktu yang dibutuhkan untuk menerima pesanan.
  • Demand rate (DR): Rata-rata permintaan barang per periode.

Diagram ini menunjukkan bahwa saat persediaan mencapai reorder point, pesanan baru dilakukan. Persediaan kemudian akan naik lagi setelah barang diterima. Safety stock berfungsi sebagai buffer untuk mengantisipasi fluktuasi permintaan atau keterlambatan pengiriman.

Safety Stock

Safety stock adalah persediaan cadangan yang disimpan untuk mengantisipasi fluktuasi permintaan atau keterlambatan pengiriman. Tujuannya adalah untuk menghindari kehabisan stok dan memastikan ketersediaan barang bagi pelanggan. Jumlah safety stock yang diperlukan tergantung pada beberapa faktor, seperti:

  • Variabilitas permintaan:Semakin tinggi variabilitas permintaan, semakin tinggi safety stock yang dibutuhkan.
  • Variabilitas lead time:Semakin tinggi variabilitas lead time, semakin tinggi safety stock yang dibutuhkan.
  • Tingkat layanan:Tingkat layanan yang diinginkan, yaitu persentase permintaan yang dapat dipenuhi.

Contohnya, jika perusahaan menginginkan tingkat layanan 95%, maka safety stock harus cukup untuk memenuhi 5% dari permintaan yang tidak terduga.

Just-in-Time (JIT)

Just-in-Time (JIT) adalah teknik pengaturan persediaan yang bertujuan untuk meminimalkan persediaan dengan memesan barang tepat waktu yang dibutuhkan. Prinsipnya adalah “hanya memesan barang yang dibutuhkan, hanya saat dibutuhkan”.

  • Keuntungan JIT:Mengurangi biaya penyimpanan, meningkatkan efisiensi produksi, dan meminimalkan pemborosan.
  • Tantangan JIT:Membutuhkan perencanaan yang cermat dan kolaborasi yang kuat dengan pemasok.

JIT cocok untuk perusahaan dengan permintaan yang stabil dan hubungan yang baik dengan pemasok. Contohnya, perusahaan manufaktur yang memproduksi barang dengan permintaan yang konsisten.

Economic Order Quantity (EOQ)

Economic Order Quantity (EOQ) adalah jumlah optimal barang yang harus dipesan dalam satu kali pemesanan untuk meminimalkan total biaya persediaan. Total biaya persediaan terdiri dari biaya pemesanan dan biaya penyimpanan.

  • Biaya pemesanan:Biaya yang dikeluarkan untuk memproses pesanan, seperti biaya administrasi, biaya pengiriman, dan biaya telepon.
  • Biaya penyimpanan:Biaya yang dikeluarkan untuk menyimpan barang, seperti biaya sewa gudang, biaya asuransi, dan biaya kerusakan.

EOQ = √(2DS / H)

Dimana:

  • D = Demand rate (permintaan tahunan)
  • S = Biaya pemesanan per pesanan
  • H = Biaya penyimpanan per unit per tahun

Contohnya, jika perusahaan memiliki permintaan tahunan 10.000 unit, biaya pemesanan per pesanan $100, dan biaya penyimpanan per unit per tahun $5, maka EOQ adalah:

EOQ = √(2 x 10.000 x $100 / $5) = 200 unit

Artinya, perusahaan harus memesan 200 unit dalam satu kali pemesanan untuk meminimalkan total biaya persediaan.

Ringkasan Akhir

Pengelolaan persediaan yang baik merupakan kunci keberhasilan bisnis. Dengan memahami metode perhitungan persediaan, faktor-faktor yang memengaruhi persediaan, dan teknik pengaturan persediaan yang efektif, Anda dapat mengoptimalkan persediaan barang dagang, meningkatkan efisiensi, dan memaksimalkan profitabilitas bisnis Anda.