3 Cara Menghitung Siklus Haid Normal 100% Akurat

Uinsuka.ac.id – Mengetahui cara menghitung siklus haid normal adalah salah satu upaya yang bisa kamu tempuh jika sedang berencana untuk program hamil maupun menunda kehamilan. Pasalnya, dengan mengetahui hal ini, kamu bisa dengan mudah menentukan kapan kiranya masa subur setiap bulan.

Tidak hanya itu, siklus haid juga bisa memberikan gambaran apakah kamu mengalami gangguan kesehatan atau tidak. Setiap wanita bisa saja memiliki siklus haid yang berbeda dan cara yang tepat untuk menghitungnya sebagai berikut.

Apa itu Siklus Haid?

Sebelumnya, mari pahami dulu tentang siklus haid. Siklus haid ialah periode dimana tubuh wanita akan melepaskan sel telur dari ovarium serta mengeluarkannya dari rahim apabila tidak terjadi pembuahan. Siklus haid yang normal umumnya antara 21 hari sampai dengan 35 hari.

Siklus haid ini sendiri akan dihitung sejak hari pertama haid sampai tiba hari pertama haid yang selanjutnya. Seperti yang sudah disampaikan sebelumnya, siklus haid setiap wanita itu bisa saja berbeda-beda. Contoh untuk remaja wanita umumnya siklus haidnya sekitar 45 hari.

Sedangkan kalau pada wanita yang sudah berusia antara 20 tahun hingga 30 tahun, siklus haidnya sekitar 21 hari sampai 38 hari. Sedangkan ketika merencanakan kehamilan, hubungan badan disarankan untuk dilakukan pada masa subur.

Masa subur ini terjadi pada fase ovulasi atau fase di mana ovarium akan melepaskan sel telur. Masa ini umumnya akan terjadi antara 12 hari sampai 14 hari sebelum tiba tanggal haid yang berikutnya.

Cara Menghitung Siklus Haid Normal yang Benar

Seperti yang sudah disampaikan, siklus menstruasi itu dihitung dari hari pertama haid pada bulan tertentu, ambil contoh dalam hal ini bulan Agustus. Perlu diingat bahwa siklus haid itu tidak mencakup flek coklat atau bercak yang umumnya keluar beberapa hari sebelum haid tiba.

Baca Juga:  Cara Menghitung Kebutuhan Serat Harian untuk Kesehatan

Untuk selanjutnya contoh cara menghitung siklus haid ini kamu bisa mengikuti langkah-langkah berikut:

  • Catat pada tanggal berapa kamu keluar darah haid pertama kali pada bulan Agustus tersebut.
  • Catat juga pada tanggal berapa kamu keluar darah haid pertama kali pada bulan September atau bulan selanjutnya.
  • Hitung berapa rentang waktu hari pertama haid di bulan Agustus hingga ke bulan September dan inilah yang kemudian dengan siklus haid kamu.

Ambil contoh begini, hari pertama kamu haid adalah tanggal 15 Agustus dan di bulan selanjutnya hari pertama kamu haid ternyata tanggal 12 September. Nah, yang dihitung sebagai siklus haid di sini ialah mulai dari tanggal 15 Agustus sampai dengan tanggal 11 September.

Tanggal 12 September tidak ikut dihitung karena itu sudah termasuk siklus haid di bulan selanjutnya. Kalau berdasarkan contoh tersebut, bisa diketahui bahwa rentang antara haid di bulan Agustus dan bulan September adalah 28 hari, ini siklus haid kamu.

Kalau siklus haid kamu termasuk yang tipe teratur, maka 28 lagi kamu akan haid lagi, yaitu tanggal 10 Oktober. Tapi, kamu harus ingat juga kalau siklus haid bisa bervariasi setiap bulannya. Asal masih berada di kisaran 21 hari – 35 hari, haid kamu masih tergolong normal.

Sebenarnya, supaya perhitungan siklus haid ini lebih akurat, kamu sangat disarankan untuk mencatat periode haid tersebut setidaknya selama 6 bulan terakhir. Selain bisa menggunakan cara menghitung siklus haid normal secara manual di atas, kamu juga bisa menggunakan aplikasi kalender haid.

Fase-Fase dalam Siklus Haid

Sekarang, kamu sudah tahu cara menghitung siklus haid normal. Dalam dalam siklus haid ada beberapa fase yang akan dialami oleh seorang wanita. Fase-fase tersebut sebagai berikut:

Baca Juga:  Cara Menghitung Indeks Risiko DBD

1. Fase Folikuler

Fase folikuler biasa disebut juga dengan fase pra-ovulasi. Fase ini akan dimulai pada hari pertama haid dan pada saat itu, terjadi peningkatan hormon perangsang folikel (FSH). Kondisi ini akan terjadi saat hipotalamus mengirim sinyal ke kelenjar pituitari.

Pada saat yang sama pula, hormon pelepas gonadotropin (GnRH) akan dilepaskan. GnRH ini sekaligus akan mendorong pelepasan hormon FSH dan LH. Hormon FSH nantinya akan merangsang indung telur supaya menghasilkan antara 5 hingga 20 folikel atau kantong kecil.

Di dalam setiap folikel tersebut akan ada sel telur yang masih belum matang dan dalam prosesnya nanti hanya akan ada satu folikel saja yang nantinya matang dan berubah menjadi telur. Sementara sel telur dalam folikel lainnya akan mati.

Biasanya proses tersebut akan terjadi sekitar hari ke-10 dari 28 hari siklus haid wanita. Meski begitu, ada juga wanita yang bisa mengalaminya lebih cepat atau justru lebih lambat. Folikel yang sudah matang ini nanti akan memicu estrogen untuk menebalkan lapisan rahim untuk mempersiapkan kehamilan.

2. Fase Ovulasi

Terjadinya peningkatan hormon estrogen pada fase pra-ovulasi sebelumnya juga akan memicu pelepasan hormon LH atau hormon luteinizing. Peningkatan hormon LH ini nantinya akan merangsang proses ovulasi yang umumnya terjadi pada pertengahan siklus, sekitar hari ke-14 dari 28 hari siklus haid.

Sel telur yang dilepas saat masa ovulasi ini nanti akan bergerak ke tuba falopi lalu menuju ke rahim untuk dibuahi. Biasanya sel telur hanya mampu hidup selama 24 jam dan jika dalam waktu tersebut sel telur tidak dibuahi oleh sperma, ia akan mati.

Biasanya fase ini akan ditandai dengan keputihan yang bening dan kental serta suhu tubuh yang meningkat. Fase ini pula yang merupakan kesempatan bagus untuk hamil.

Baca Juga:  Cara Menghitung Luasan Atap Baja Ringan

3. Fase Luteal

Ini adalah fase pramenstruasi. Pada saat folikel melepaskan telur, bentuknya nanti akan berubah menjadi korpus luteum dan akan melepaskan hormon estrogen serta hormon progesteron.

Terjadinya peningkatan hormon ini fungsinya adalah untuk menjaga supaya lapisan rahim tetap tebal sehingga siap menjadi tempat tumbuhnya telur yang sudah dibuahi. Kalau positif hamil, nanti tubuh akan menghasilkan hCG dan hormon ini yang nantinya akan terdeteksi oleh alat kehamilan.

Tapi kalau ternyata tidak terjadi kehamilan, korpus luteum tadi akan menyusut dan akhirnya mati. Begitu juga dengan estrogen dan progesteron akan menurun perlahan dan membuat lapisan rahim jadi meluruh dan terlepas. Jika tidak terjadi kehamilan, pada fase inilah kamu akan mengalami PMS.

4. Fase Menstruasi

Fase ini terjadi pada saat sel telur tidak dibuahi yang mengakibatkan progesteron dan estrogen jadi menurun. Akibatnya lapisan rahim yang sebelumnya menebal dan siap menjadi tempat tumbuh kembang janin jadi tidak dibutuhkan lagi.

Kondisi ini membuat lapisan rahim jadi meluruh dan pada akhirnya keluar dalam bentuk darah dan inilah yang dinamakan dengan haid atau menstruasi. Tidak hanya mengeluarkan darah, vagina juga nanti akan mengeluarkan jaringan rahim serta lendir.

Dalam tahap ini pula, kamu akan merasakan gejala menstruasi seperti kram perut, payudara yang terasa nyeri, munculnya jerawat, perut kembung, serta suasana hati yang mudah berubah.

Pada intinya, agar bisa menerapkan cara menghitung siklus haid normal di atas kamu harus mengingat bahkan kalau perlu mencatat hari pertama haid setiap bulannya. Nanti akan terlihat berapa siklus haid kamu sekaligus kapan kiranya masa subur akan terjadi.

Baca Juga: