Uinsuka.ac.id – Disposable income adalah pendapatan bersih yang harus diketahui oleh seorang individu, pemilik bisnis, dan seluruh pengelola keuangan lainnya. Sebab hal ini menentukan besar pajak yang harus dikeluarkan. Cara menghitung disposable income itu bisa dicapai dengan mudah.
Bagi kamu yang ingin menghitung pendapatan diri sendiri atau rumah tangga, bisa menghitungnya secara manual dan menuliskannya dalam buku catatan. Sementara bagi karyawan yang mengelola keuangan sebuah perusahaan, bisa menggunakan alat bantu digital atau program pengola angka.
Melalui alat tersebut, kamu tidak perlu menghitungnya satu per satu. Melainkan bisa menggunakan sejumlah rumus yang akan memangkas waktu kalkulasi agar lebih singkat. Adapun angka-angka yang didapatkan juga angka-angka valid dan tepat.
Apa itu Disposable income?
Secara sederhana, disposable income bisa dipahami sebagai pendapatan bersih. Dalam arti, ini adalah pendapatan yang sudah dikurangi dengan biaya untuk pajak-pajak pemerintah. Jadi, uang yang masuk dalam disposable income adalah uang yang siap dibelanjakan untuk kebutuhan tertentu.
Dalam hal ini, pajak-pajak pemerintah yang dimaksud seperti Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), Pajak Penghasilan (PPh), Pajak kendaraan Bermotor (PKB), dan lain sebagainya. Besar kecilnya disposable income menentukan keberlangsungan hidup seseorang.
Sebab semakin besar disposable income yang dimiliki, semakin besar pula peluang untuk memproduksi produk, meningkatkan pelayanan, mengembangkan usaha, dan bertahan hidup. Dengan begitu, seorang individu atau sebuah perusahaan memiliki kesempatan untuk berkembang.
Indikator Disposable income
Sebelum mengetahui cara menghitung disposable income, berikut beberapa indikator yang melingkupinya. Melalui sejumlah indikator ini, seseorang bisa mengetahui pendapatan bersih dari gaji yang selama ini ia terima.
1. Disposable income
Disposable income atau pendapatan bersih adalah pendapatan yang telah dikurangi dengan beban-beban yang setiap bulannya wajib dibayarkan. Dengan begitu, jumlah disposable income yang didapatkan adalah nominal yang bisa digunakan untuk bertahan hidup.
2. Penghasilan Kotor
Penghasilan kotor adalah penghasilan yang didapatkan dalam satu bulan atau satu tahun sebelum dikurangi dengan beban-beban kewajiban membayar pajak dan lain sebagainya. Melalui penghasilan kotor, kamu bisa mengetahui berapa pendapatan bersih yang kamu dapatkan.
3. Pajak Langsung
Pajak langsung yang menjadi indikator dalam disposable income adalah beban pajak yang harus dibayarkan setiap tahun, seperti PBB, PKB, PPh, pajak langsung tidak termasuk dalam disposable income karena pembayarannya dilakukan secara rutin dan bersifat wajib.
4. Biaya-Biaya Lainnya
Sementara biaya-biaya lainnya dalam indikator disposable income di sini seperti halnya biaya untuk Kesehatan, iuran BPJS Kesehatan, asuransi, dan lain sebagainya. Biaya-biaya itu adalah biaya-biaya yang harus dibayarkan setiap bulannya.
Cara Menghitung Disposable income
Setelah mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi keberadaan disposable income, kini saatnya menghitung disposable income tersebut. Cara menghitung disposable income itu cukup mudah, karena kamu hanya perlu mengaplikasikan rumus ke dalam data-data pendapatan yang ada.
Rumus yang bisa digunakan itu adalah penghasilan tahunan dikurangi jumlah pajak langsung dan biaya lainnya. Penghasilan tahunan yang dimaksud dalam rumus itu adalah total pendapatan selama satu tahun. Pajak langsung yang harus dihitung itu seperti PPh, PKB, PBB, dan lain sebagainya.
Sementara biaya lain yang dimaksud dalam rumus tersebut adalah iuran wajib yang harus dibayar. Seperti halnya biaya untuk kesehatan, BPJS Ketenagakerjaan, dan lain sebagainya. Agar bisa mendapat pemahaman lebih jelas, simak studi kasus berikut.
Nanda menerima gaji kotor sebesar Rp96.000.000 setiap tahun. Sementara penghasilan bulanannya adalah Rp8.000.000. Bulan ini, Nanda memiliki kewajiban untuk membayar pajak kendaraan sebesar Rp2.000.000.
Di samping itu, ia juga memiliki kewajiban untuk membayar iuran BPJS sebesar Rp150.000 seperti halnya yang rutin ia lakukan setiap bulannya. Lantas, berapa disposable income yang didapatkan Nanda selama sebulan dan setahun?
- Menghitung Disposable income (DI) per bulan
DI per bulan = penghasilan – [pajak langsung + biaya lainnya]
DI per bulan = Rp8.000.000 – [(Rp2.000.000 : 12) + Rp150.000]
DI per bulan = Rp8.000.000 – [Rp166.666 + Rp150.000]
DI per bulan = Rp8.000.000 – Rp316.666
DI per bulan = Rp7.683.334
- Menghitung disposable income per tahun
DI per tahun = penghasilan per tahun – [pajak langsung + biaya lainnya]
DI per tahun = Rp96.000.000 – [Rp2.000.000 + (Rp150.000 x 12)]
DI per tahun = Rp96.000.000 – [Rp2.000.000 + Rp1.800.000]
DI per tahun = Rp96.000.000 – Rp3.800.000
DI per tahun = Rp92.200.000
- Jadi, disposable income atau pendapatan bersih yang didapat Nanda setiap bulan, yakni sebesar Rp7.683.334. Sementara pendapatan per tahun yang ia dapatkan adalah Rp92.200.000.
Contoh Soal Disposable income Pertama
Selain studi kasus di atas, kamu juga bisa coba menghitung contoh soal lainnya. Salah satunya adalah sebagai berikut. Fina adalah seorang pegawai kantoran yang setiap tahunnya mendapat gaji sebesar Rp120.000.000. Sementara penghasilan bulanannya sebesar Rp10.000.000.
Bulan ini, Fina memiliki kewajiban untuk membayar pajak sebesar Rp4.000.000. Di samping itu, ia juga belum membayar iuran asuransi bulan ini sebesar Rp500.000. Maka, berapa pendapatan bersih yang Fina dapatkan setiap bulan?
- Menghitung disposable income per bulan
DI per bulan = penghasilan – [pajak langsung + biaya lainnya]
DI per bulan = Rp10.000.000 – [(Rp4.000.000 : 12) + Rp500.000]
DI per bulan = Rp10.000.000 – [Rp333.333 + Rp500.000]
DI per bulan = Rp10.000.000 – Rp833.333
DI per bulan = Rp9.166.667
- Menghitung disposable income per tahun
DI per tahun = penghasilan – [pajak langsung + biaya lainnya]
DI per tahun = Rp120.000.000 – [Rp4.000.000 + (Rp500.000 x 12)]
DI per tahun = Rp120.000.000 – [Rp4.000.000 + Rp6.000.000]
DI per tahun = Rp120.000.000 – Rp10.000.000
DI per tahun = Rp110.000.000
- Jadi, disposable income atau pendapatan bersih yang didapat Fina setiap bulan, yakni sebesar Rp9.166.667. Sementara pendapatan per tahun yang ia dapatkan adalah Rp110.000.000.
Contoh Soal Disposible Income Kedua
Contoh soal lainnya bisa kamu dapatkan dalam studi kasus berikut ini. Shinta mendapatkan gaji kotor per tahun sebesar Rp120.000.000. Adapun gaji bulanan yang ia dapatkan sebesar Rp10.000.000. Bulan ini, ia memiliki kewajiban membayar pajak kendaraan sebesar Rp3.000.000.
Di samping itu, ia juga memiliki kewajiban rutin bulanan untuk membayar asuransi kesehatan sebesar Rp300.000. Maka, berapa disposable income yang didapatkan oleh Shinta selama sebulan setahun agar ia bisa menabung, belanja bulanan, dan investasi?
- Menghitung disposable income per bulan
DI per bulan = penghasilan – [pajak langsung + biaya lainnya]
DI per bulan = Rp10.000.000 – [(Rp3.000.000 : 12) + Rp300.000]
DI per bulan = Rp10.000.000 – [Rp250.000 + Rp300.000]
DI per bulan = Rp10.000.000 – Rp550.000
DI per bulan = Rp9.750.000
- Menghitung disposable income per tahun
DI per tahun = penghasilan – [pajak langsung + biaya lainnya]
DI per tahun = Rp120.000.000 – [Rp3.000.000 + (Rp300.000 x 12)]
DI per tahun = Rp120.000.000 – [Rp3.000.000 + Rp3.600.000
DI per tahun = Rp120.000.000 – Rp9.600.000
DI per tahun = Rp110.400.000
- Jadi, disposable income atau pendapatan bersih yang didapat Fina setiap bulan, yakni sebesar Rp9.750.000. Sementara pendapatan per tahun yang ia dapatkan adalah Rp110.400.000.
Cara menghitung disposable income bisa dilakukan dengan mengurangi antara penghasilan kotor dan jumlah dari pajak langsung dan biaya-biaya lainnya. Hasil dari perhitungan itu adalah pendapatan bersih yang didapatkan per bulan atau per tahun.
Baca Juga: