Uinsuka.ac.id – Sudah bukan rahasia bahwa Indonesia menjadi salah satu negara dunia dengan jumlah penduduk yang tinggi. Berdasarkan data dari berbagai penelitian, jumlah penduduknya mengalami kenaikan hingga 20% per tahun. Lalu, sebenarnya bagaimana cara menghitung kepadatan penduduk?
Perhitungannya sebenarnya cukup mudah dan bisa dilakukan menggunakan beberapa cara. Cara yang dimaksud disesuaikan dengan jenisnya seperti fisiologis, aritmatik, dan metode agraris. Setiap cara yang ingin digunakan sudah pasti memiliki perbedaan masing-masing.
Namun tak perlu bingung kali ini akan diberikan penjelasan dari masing-masing cara tersebut. Selain itu, juga membahas terkait kepadatan penduduk mulai dari pengertian, rumus, dan faktor yang mempengaruhinya. Langsung saja disimak pembahasannya pada artikel di bawah ini!
Pengertian Kepadatan Penduduk
Penduduk adalah orang yang secara hukum memiliki hak untuk menempati suatu wilayah atau daerah. Ini karena mereka sudah mengantongi bukti surat resmi seperti bukti kewarganegaraan, KTP (Kartu Tanda Penduduk), dan lainnya.
Sementara itu, kepadatan penduduk dapat diartikan sebagai angka yang menunjukkan jumlah penduduk dalam daerah per satuan luas. Angka tersebut tentu bisa mengalami perubahan sewaktu-waktu meskipun area atau wilayah yang dianalisis sama.
Alasan utamanya karena sebagian dari mereka ada yang bermigrasi dari satu tempat ke tempat lainnya. Maka dari itu, angka kepadatan ini perlu dilakukan perhitungan secara rutin.
Cara menghitung kepadatan penduduk ini bertujuan untuk menggambarkan kondisi sesungguhnya dalam waktu tertentu. Selain itu, jika angka yang ditunjukkan tinggi maka bisa dipastikan bahwa jumlah penduduk di daerah tersebut sangat padat.
Tingkat kepadatan yang sudah tinggi bisa membuat kebutuhan SDM seperti udara bersih, air, dan lain sebagainya juga meningkat. Jika dibiarkan begitu saja, persedian sumber daya alam semakin lama akan mengalami penurunan.
Faktor yang Dapat Mempengaruhi Kepadatan Penduduk
Jumlah penduduk di sebuah daerah memang bisa berubah kapan saja tanpa disadari. Perubahan tersebut dikarenakan adanya beberapa faktor yang mempengaruhinya, di antaranya:
1. Angka Kelahiran
Natalis atau yang disebut angka kelahiran memiliki kegunaan sebagai parameter tingkat kelahiran dalam sebuah daerah. Angka kelahiran ini dibagi menjadi beberapa golongan mulai dari yang rendah, sedang, sampai tinggi.
Dikatakan rendah jika angka kelahirannya tidak mencapai lebih dari 20. Untuk angka kelahiran sedang berada dalam kisaran mulai dari 20 hingga 30. Sementara itu, golongan yang tinggi digunakan jika angka kelahirannya mencapai 30 lebih.
2. Angka Kematian
Jika ada angka kelahiran, maka sudah pasti juga ada angka kematian atau mortalitas. Kriteria yang dimiliki mortalitas juga terbagi dalam 3 golongan, yaitu golongan rendah, sedang, sampai dengan tinggi.
Angka kematian digolongkan rendah apabila tidak lebih dari angka 9. Golongan sedang digunakan khusus untuk angka kematian mulai dari 9 sampai 13. Sedangkan untuk mortalitas yang tinggi digunakan jika nilainya mencapai 18.
3. Perpindahan Penduduk
Sesuai namanya, migrasi adalah gerak penduduk yang melewati batas dari daerah asal menuju daerah tujuan dan niat menetap. Migrasi ini meliputi urbanisasi, transmigrasi, emigrasi, imigrasi dan lain sebagainya.
Penduduk yang melakukan imigrasi mungkin memiliki beberapa alasan sehingga rela meninggalkan wilayahnya. Bisa jadi karena mendapatkan pekerjaan yang lebih baik, kondisi lingkungan yang lebih nyaman, fasilitas yang lengkap, dan lain sebagainya.
Berikut adalah penjelasan selengkapnya dari setiap jenis dari imigrasi tersebut:
- Transmigrasi merupakan perpindahan penduduk dari wilayah yang jumlah penduduknya padat ke wilayah yang sepi (jarang penduduk).
- Imigrasi adalah masuknya orang yang berasal dari negara asing (WNA) ke suatu negara.
- Emigrasi adalah keluarnya warga negara menuju ke negara yang lain.
- Urbanisasi adalah proses perpindahan penduduk yang berasal dari desa atau luar kota menuju kota.
- Ruralisasi adalah proses perpindahan yang dilakukan oleh penduduk kota menuju ke desa yang masih jarang penduduknya.
Rumus dan Cara Menghitung Kepadatan Penduduk
Sudah disinggung bahwa kepadatan penduduk adalah jumlah orang yang ada dalam suatu daerah per satuan luas. Kepadatan penduduk ini menggunakan satuan luas, misalnya seperti jiwa/hektar, orang/km2, orang/hektar, jiwa/hektar, dan lainnya.
Tanpa perlu berlama-lama lagi, sebaiknya langsung simak rumus beserta cara menghitungnya berikut ini:
1. Kepadatan Penduduk Aritmatik
Kepadatan penduduk kasar atau aritmatik adalah angka yang menunjukkan jumlah penduduk secara menyeluruh dalam wilayah tertentu. Angka tersebut sering ditunjukkan dengan satuan orang/km2 atau orang/hektar.
Sedangkan rumus yang digunakan untuk menghitungnya adalah sebagai berikut:
- Kepadatan Penduduk Aritmatik = Jumlah Penduduk (Jiwa) / Luas Wilayah (Km2)
Jenis kepadatan penduduk ini menghitung keseluruhan penduduk yang ada di suatu wilayah. Jika sudah ditemukan jumlahnya maka bisa dibagi dengan luas wilayahnya secara total.
Maka tak heran, jenis kepadatan penduduk kasar ini memang sangat sering digunakan. Khususnya di wilayah perkotaan dengan jumlah petani maupun lahan pertanian yang sangat terbatas.
2. Kepadatan Penduduk Agraris
Kepadatan penduduk agraris merupakan jumlah penduduk yang bekerja di bidang pertanian dan mempunyai lahan setiap km2. Cara menghitung kepadatan penduduk ini cukup mudah, yaitu membandingkan jumlah penduduk dengan luas lahan di sebuah daerah.
Umumnya dihitung menggunakan rumus seperti berikut di bawah ini:
- Kepadatan Penduduk Agraris = Jumlah Penduduk Petani (Jiwa) / Luas Lahan Pertanian (Km2)
Jenis kepadatan penduduk yang satu ini biasa disebut dengan kepadatan penduduk netto. Apabila lahan pertanian di suatu wilayah sama, maka daerah yang jumlah petaninya lebih banyak mempunyai kepadatan agraris yang semakin tinggi.
3. Kepadatan Penduduk Fisiologis
Kepadatan penduduk ini bisa dibilang tak berbeda jauh dengan jenis kepadatan penduduk agraris. Mungkin hanya memiliki sedikit perbedaan, dimana jumlah penduduknya secara menyeluruh dibagi dengan luas lahan pertanian.
Rumus sederhana yang bisa dipakai untuk menghitung kepadatan penduduk fisiologis yaitu:
- Kepadatan Penduduk Fisiologis = Jumlah Penduduk (Jiwa) / Luas Lahan Pertanian (Km2)
Dalam hal ini, untuk jumlah penduduknya tidak mempertimbangkan soal mata pencaharian. Oleh sebab itu, kepadatan penduduk di wilayah perkotaan lebih tinggi ketimbang penduduk agrarisnya. Ini karena memang banyak penduduk yang mata pencahariannya di luar pertanian.
Contoh Soal Perhitungan Kepadatan Penduduk
Meskipun sudah paham cara menghitung kepadatan penduduk, kali ini akan diberikan contoh soalnya. Beberapa contoh soal berikut akan memudahkan kamu dalam memahami materi yang disampaikan kali ini.
1. Contoh Soal Kepadatan Penduduk Aritmatik
Jumlah penduduk di suatu daerah adalah sebesar 6.000.000 pada tahun 2010. Luas dari wilayahnya mencapai hingga 300.000 km2. Berapakah kepadatan penduduk kasar yang ada di daerah tersebut?
Jawab:
- Kepadatan Penduduk Kasar / Aritmatik = Jumlah Penduduk (Jiwa) / Luas Wilayah (Km2)
- = 6.000.000 : 300.000
- = 20 jiwa/km2
2. Kepadatan Penduduk Agraris
Menurut data tahun 2012, penduduk yang menempati suatu wilayah berjumlah sebanyak 8.500.00 jiwa. Jumlah penduduk yang bekerja sebagai petani adalah sebanyak 3000.000 jiwa. Sedangkan untuk lahan pertaniannya seluas 95.000 km2. Lalu berapakah kepadatan penduduk agraris di wilayah tersebut?
Jawab:
- Kepadatan Penduduk Agraris = Jumlah Penduduk Petani (Jiwa) /Luas Lahan Pertanian (Km2)
- = 3000.000 / 95.000
- =31,58 jiwa/km
3. Kepadatan Penduduk Fisiologis
Pada tahun 2017, sebuah daerah di Jawa Timur mempunyai penduduk yang jumlahnya mencapai 8.900.000 jiwa. Lahan pertanian yang berada di wilayah tersebut seluas 170.000 km2. Berapa kepadatan penduduk fisiologisnya?
Jawab:
- Kepadatan Penduduk Fisiologis = Jumlah Penduduk (Jiwa) / Luas Lahan Pertanian (Km2)
- = 8.900.000 jiwa / 170.000 km2
- = 52,35 jiwa/km
Cara menghitung kepadatan penduduk perlu dilakukan secara berkala dalam periode waktu tertentu. Perhitungannya bisa disesuaikan jenisnya, baik itu aritmatik, agraris, ataupun fisiologis. Kepadatan penduduk yang ada di wilayah perkotaan lebih sering terjadi ketimbang pedesaan.
Baca Juga: